Ke Rumah Lala Lampung
Memiliki beberapa jenis
Rumah adat Nuwo Sesat juga memiliki beberapa jenis yang masing-masing berbeda.
Rumah adat Lampung Nuwo Sesat ini dibedakan sesuai fungsinya masing-masing. Terdapat beberapa jenis Nuwow Sesat yakni Balai Agung, Nuwo Balak, dan Nuwow Lunik.
Mengenal Rumah Adat Sulawesi Utara dari Bentuk, Keunikan, Gambar, dan Penjelasannya
Lamban Pesagi (Lampung Barat)
Mengutip laman Patrawidya Kemdikbud, rumah lamban pesagi merupakan rumah adat yang ditetapkan sebagai situs rumah tradisional Pesagi berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1992 oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Lamban Pesagi merupakan rumah tradisional masyarakat Lampung yang masih tersisa dan menjadi aset warisan budaya yang harus terus dijaga keberadaannya.
Memiliki beberapa bagian
Rumah adat Nuwo Sesat memiliki beberapa bagian dengan fungsi yang berbeda-beda. Seperti pusiban, serambi, ruang tetabuhan, ruang gajah merem, ijen gladak, dan tebik tengah.
Pusiban digunakan sebagai tempat musyawarah, serambi digunakan untuk mengadakan pertemuan kecil, tetabuhan menyimpan alat, ruang gajah merem sebagai tempat istirahat, ijen gladak untuk tangga masuk dengan atap, serta tebik tengah yang digunakan untuk tempat tidur anak.
Nuwo Sesat Balai Agung
Jenis rumah adat Nuwo Sesat yang pertama yaitu Sesat Balai Agung yang juga merupakan sebagai ikon.
Sesat Balai Agung digunakan sebagai tempat melakukan pertemuan oleh para penyimbang adat atau dikenal juga sebagai purwatin, tempat ini digunakan untuk musyawarah pepung di balai agung.
Ketika memasuki rumah ini kamu akan melewati jambat agung atau tangga, yang di sepanjang tangga terdapat payung berwarna putih, kuning, dan merah. Ini melambangkan kesatuan oleh masyarakat Lampung.
Payung putih ini juga memiliki arti tingkat marga , sedangkan payung kuning sebagai tingkat kampung, dan payung merah sebagai lambang tingkat suku di Lampung.
Rumah ini, juga memiliki lambang burung garuda yang dipercaya masyarakat Lampung sebagai kendaraan yang digunakan Dewa Wisnu pada zaman dahulu.
Nuwo Balak, yang berarti “rumah besar”, adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal kepala suku.
Rumah berukuran 30 x 15 meter ini memiliki beranda untuk bersantai. Bangunan utama Nuwo Balak juga terbagi menjadi beberapa ruangan. Dengan dua ruang pertemuan, satu ruang keluarga, dan delapan kamar tidur.
Nuwo Lunik yang berarti “rumah kecil”, merupakan bangunan yang sering digunakan oleh masyarakat biasa.
Karena ukurannya yang lebih kecil, rumah ini menjulang tanpa dilengkapi beranda rumah. Bangunan utama memiliki berbagai kamar tidur dan dapur yang menyatu pada bangunan utama. Kemudian atapnya berbentuk perahu terbalik.
9 Rumah Adat Papua beserta Nama, Keunikan, Ciri-ciri, dan Gambarnya Lengkap!
Macam-macam Rumah Adat Lampung
Kami mengkategorikan rumah adat dari Lampung ke dalam enam macam. Ada yang digunakan untuk rumah tinggal, rumah tetua, hingga rumah sementara.
Baca juga : 9 Rumah Adat Jawa Timur dan Filosofinya
Semuanya sudah ada sejak zaman dulu, dan kini masih dilestarikan atau bisa kamu lihat di museum atau wilayah tinggal masyarakat Lampung yang masih kental dengan budaya tradisional.
Balak adalah rumah adat yang digunakan untuk tempat tinggal kepala adat. Inilah yang tadi disebut dengan Lambahan Gedung. Penamaan tersebut diberikan, dengan catatan, jika pemilik rumah merupakan penyimbang marga atau keturunan dari tokoh dari marga tertentu yang ditetuakan. Sehingga, rumah adat disebut sering dimanfaatkan sebagai Bandar (marga) Agung.
Baca juga : 7 Rumah Adat Sulawesi Selatan, Masih Dilestarikan Hingga Kini
Jika bukan dari keturunan tertentu, pemilik rumah adat balak di masa lalu merupakan orang-orang kaya. Tidak mengherankan jika ukurannya lebih besar daripada rumah orang Lampung pada umumnya.
Umumnya, tipe rumah balak menggunakan model segi empat. Ada yang disebut Pesagi dan Mahanyuk’an. Pesagi merupakan rumah adat berbentuk persegi empat, sedangkan mahanyuk’an berbentuk persegi panjang.
Baik Lamban/Nowou/Lambahan Balak Pesagi maupun Mahanyuk’an, memiliki karakteristik yang sama. Rata-rata, rumah-rumahnya sudah sangat tua karena ditinggal oleh pewarisnya pergi ke kota. Sehingga dijadikan museum atau tempat pusaka. Salah satunya bisa kamu lihat di Pekon Kenali (Pesagi) dan di Pagardewa (Mahanyuk’an).
Baca juga : Rumah Adat Betawi Beserta Filosofinya, yang Penting Untuk Diketahui
Meski tampak sederhana, rumah adat beserta area serambi dan pekarangan terdiri dari 15 ruang untuk memenuhi kebutuhan harian yang beragam. Ada yang digunakan untuk menyimpan hasil bumi, tempat mencuci kaki, tempat istirahat/menerima tamu, ruang bermusyawarah, dan lain sebagainya.
Tidak bermakna negatif seperti yang didefinisikan kamus, Sesat merupakan rumah adat yang dikhususkan untuk tempat bermusyawarah terkait hal-hal yang berhubungan dengan adat.
Baca juga : Polisi Tangkap Pembunuh Guru di Mesuji
Berbeda dengan rumah Balak yang dijadikan tempat musyawarah terkait permasalahan dengan kerabat dekat, Surat terbuka untuk siapapun bagi mereka yang ingin bermusyawarah dengan warga setempat.
Rumah adat Sesat berbentuk persegi panjang membentuk huruf T dengan tiang besar hingga mencapai 3 meter. Seiring perkembangan peradaban, rumah Sesat tidak lagi dibangun dengan tiang yang menjulang. Dikarenakan sudah tidak lagi khawatir dengan keberadaan binatang buas maupun kelompok tertentu seperti zaman dahulu.
Jika pun ciri khas ini masih dilestarikan, maka sudah pasti rumah tersebut merupakan rumah pusaka sebagai cagar budaya pemerintah. Salah satunya bisa kamu temukan di daerah Tulang Bawang tengah.
Baca juga : PT Timah Dukung Pembangunan Rumah Adat Sentana Jering Amantubillah
Karena fungsinya sebagai ruang musyawarah, Sesat tidak memiliki banyak ruangan. Beberapa di antaranya yaitu anjung sebagai “serambi” untuk pertemuan kecil dan “gajah merem” untuk tempat para penyimbang beristirahat.
Selain untuk bermusyawarah, Sesat juga menjadi tempat untuk pertemuan acara bujang-gadis, menikmati hiburan tarian dan nyanyian, dan upacara adat Lampung lainnya.
Baca juga : 5 Senjata Tradisional Lampung Populer yang Wajib Kamu Ketahui
Pemanohan adalah rumah adat yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan. Bukan tempat penyimpanan biasa, melainkan tempat penyimpanan benda-benda pusaka. Benda-benda ini diyakini berkekuatan sakti sehingga ditaruh di rumah adat khusus yang dinamakan Pemanohan.
Beberapa benda pusaka yang ditaruh di Pemanohan yakni bedang minak. Pedang tersebut bisa bergerak-gerak jika pemakainya sedang dalam bahaya, semisal diserang hewan buas.
Maka dari itu, bentuknya lebih sederhana dibanding Balak dan Sesat. Biasanya, Pemanohan dibuat dari atap ijuk dan memiliki pekarangan luas. Ada juga yang berupa kemasi galung, yakni sebuah tombak sakti yang bisa melompat dari atap rumah panggung ke bawah tanah tanpa harus menuruni tangga.
Baca juga : Kopnuspos Gelar Program Berbagi Kebahagiaan Bersama Pensiunan di Lampung
Lainnya yakni ada umbul “KO” (batu sakti dari hati manusia), batu ilahan (batu penyembuh penyakit), dan terbangan (rebana genderang perang). Meski tampaknya unik, benda-benda tersebut tidak dijadikan sebagai hiasan rumah, namun disimpan dalam rumah adat Pamanohan.
Melihat fungsinya yang sangat krusial sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka yang bernilai mistis dan berharga bagi masyarakat lampau Lampung, tidak mengherankan jika rumah Sesat masih dijaga kelestariannya.
Baca juga : Kecelakaan Beruntun di Bakauheni, Sopir Bus Eva Star Tersangka
Sapeu tergolong sebagai rumah adat tradisional Lampung untuk tempat tinggal sementara. Sapeu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, tergantung dari penggunaannya.
Pertama, bernama Kubu/Kubuw/Petaruan. Meski tergolong seperti bangunan darurat, namun bangunan ini juga digolongkan sebagai rumah adat. Fungsinya yaitu untuk tempat berlindung di ladang-ladang, tanpa dinding, dan berukuran 2 meter.
Kedua, jenis rumah tradisional adat Kapalas dengan atap dari alang-alang. Biasanya, digunakan untuk tempat menjaga padi.
Baca juga : Kecelakaan Beruntun di Pelabuhan Bakauheni, Satu Meninggal
Terakhir merupakan Sapeu terpopuler yang dikenal dengan nama Anjung. Bentuknya seperti rumah tinggal biasa, dengan pola rumah memanjang kotak, tiang tangga antara 1,5-2 meter, dan terdapat ruangan-ruangan yang lengkap.
Sama seperti rumah adat sebelumnya, Walai juga difungsikan untuk tempat penyimpanan. Tapi khusus untuk menyimpan padi yang dikenal dengan lumbung padi atau Balai. Bisa dibilang, bangunan ini termasuk ke dalam area rumah tinggal. Tepatnya, dibangun di belakang rumah tinggal.
Baca juga : Ratusan Rumah di Natar Lampung Selatan Terdampak Banjir
Tempat penyimpanannya ditaruh di tempat khusus terpisah dari rumah guna menjaga udara sekitar tetap terjaga dari polusi yang ditimbulkan oleh debu-debu kulit padi. Pemisahan seperti ini juga cukup efektif untuk meminimalisir gangguan ayam saat sedang menjemur padi.
Walai tidak banyak memiliki bagian ruangan. Hanya terdiri dari dua ruangan, yaitu untuk melepas bulir padi dan simpan padi.
Walaupun tidak semuanya semewah rumah panggung Sumatera, justru arsitektur yang fungsional dan berfilosofi mendalam cukup mencerminkan kepintaran dan kebijaksanaan para leluhur Lampung dalam menata kehidupan sosial. Baik dengan manusia, yang diyakini sebagai pemegang kendali dunia, serta alam.
Jenis-jenis Rumah Adat Lampung Nuwo Sesat
Selain memiliki desain dan model rumah yang unik, rumah adat Lampung Nuwo Sesat juga memiliki beberapa jenis lho!
Berikut jenis-jenis rumah adat Nuwo Sesat diantaranya :
Pondasi rumah adat dari batu
Rumah adat Lampung memiliki desain seperti rumah kayu panggung, namun rumah ini juga menggunakan pondasi dari batu.
Rumah adat Nuwo Sesat memiliki pondasi batu berbentuk persegi dan sangat berbeda dengan rumah biasa yang biasanya berbentuk cakar ayam dan membutuhkan proses yang panjang.
Pondasi ini disebut umpak batu, memiliki tiang penyangga sejumlah 25 buah dengan tiang induk 20 buah.
Sukadana (Lampung Timur)
Berdasarkan laman Kebudayaan Kemdikbud rumah adat Sukadana ini terletak di daerah Sukadana, Lampung Timur. Rumah ini merupakan contoh rumah tradisional masyarakat Lampung. Arsitektur bangunan rumahnya dibedakan berdasarkan jenis menurut fungsinya. Seperti untuk tempat tinggal (disebut lamban), tempat ibadah, tempat musyawarah (balai adat), tempat untuk menyimpan benda-benda pusaka, dan juga tempat untuk menyimpan bahan makanan (lumbung).
Bentuk rumah adat, Sukadana ini dibuat dengan denah bujur sangkar atau pesagi ngehanyuk, dan yang berdenah empat persegi panjang disebut dengan mahanyukan. Biasanya, rumah tradisional Lampung menghadap ke arah jalan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat lampung zaman dahulu memiliki keterampilan di bidang pertukangan.
Nah itulah pembahasan mengenai rumah adat Lampung yang bisa ketahui. Semoga bermanfaat ya detikers!
Rumah adat Lampung mungkin tidak sebanyak rumah adat dari daerah lain. Hanya saja, penyebutannya begitu banyak sehingga kerap dikira memiliki banyak variasi. Misalnya saja, lamban babak, nowou babak, dan lambahan babak adalah satu rumah adat yang sama.
Hal tersebut dikarenakan Lampung yang memiliki dua suku berbeda. Sehingga tercipta penamaan atau penyebutan yang berbeda dari setiap suku tersebut. Tentu masing-masing rumah adat suku Lampung ini tak kalah unik dan menarik dari suku daerah Sumatera lainnya.
Ketahui macam-macam rumah adat Lampung beserta penamaannya melalui ulasan lengkap di bawah ini.
Baca juga : 8 Pakaian Adat Lampung yang Berwarna-warni dan Mewah
Keunikan Rumah Adat Lampung
Sama halnya dengan rumah adat di tiap daerah. Rumah adat Lampung juga memiliki keunikannya sendiri di antaranya :
Lantai rumah dari kayu
Keunikan lainnya yang bisa kamu temukan pada rumah adat satu ini yaitu pada lantai rumah yang terbuat dari material kayu khesi dan kayu bambu yang membuat material lantainya kuat dan kokoh.
Selain berfungsi sebagai lantai, kayu khesi dan bambu ini juga digunakan sebagai dinding dengan disusun sejajar.
Pintu dari rumah adat Lampung terbilang sangat unik karena rumah dilengkapi dengan pintu dari kayu yang dipotong dan disambung dengan engsel serta rangka besi yang membentuk balok ganda yang berukuran besar.
Sehingga untuk membuka pintu rumah ini dibutuhkan tenaga yang kuat. Selain itu, desain untuk jendela rumah adat ini juga dibuat sama namun dengan ukuran yang lebih kecil.